Terima kasih telah mengunjungi kami, berkat Tuhan kiranya menjadi milik kita semua

Kita adalah hamba-hamba yang tak berguna Jika kita tidak bersama Tuhan

Rabu, 09 Juni 2010

Drama Perebutan Hak Kesulungan Sebagai Pewaris Surga

Drama Perebutan Hak Kesulungan Sebagai Pewaris Surga

Base On Kejadian 25:19-34, 27

Oleh: Dinis Ginting
Ketua Departemen Penginjilan Perorangan
=====================================================================================

Saat mendirikan mezbah pagi dan petang, Anak kembar Ishak, Yakub dan Esau, seringali secara bersamaan hadir dalam kebersamaan perbaktain dengan ibu mereka Ribka. Yakub tampaknya tidak pernah absen. secara terus menerus selalu hadir dalam perbaktian pagi dan petang. Ia sangat berminat mendengarkan hal-hal masa depan dari kedua orangtuanya, Ishak dan Ribka. Hal inilah yang menampilkan satu perbedaan yang menyolok antara Yakub dan Esau. Baik dalam tabiat dan juga dalam kehidupan. Ishak dan Ribka telah mengingatkan kepada Yakub dan Esau, betapa pentingnya soal hak kesulungan.

…………………………………….…….catatan……seperti kita bercerita kepada anak2 kita soal Alkitab dan masa depan kita………………………………………

Ishak, Gembala yang hidupnya tenang dan cinta damai itu, tertarik oleh keberanian dan semangant anak sulungnya itu, yang tanpa rasa takut telah menjelajahi gunung serta padang pasir, kembali kerumah dengan hasil buruannya bagi bapanya. Dan dengan cerita-cerita yang menarik tentang hidup petualangannya. Ishak telah memberitahukan kepada anak-anaknya tentang kesempatan-kesempatan dan syarat-sayarat untuk memperoleh hak kesulungan dan betapa pentingnya hak kesulungan itu. Dengan jelas Ishak menyatakan bahwa Esau sebagai anak sulung adalah seorang yang berhak kepada hak kesulungan.

………………….. Mungkin Anda berkata: “Apa manfaatnya bagi saya setia dan belajar firman Tuhan, toh saya bukan anak sulung?”. Kalau catatan Alkitab hanya sebatas sejarah dan hanya untuk ‘anak sulung’ (lahiriah), maka benar kata Anda, bahwa tentang ‘hak kesulungan’ di atas tidak bermanfaat bagi Anda, juga bagi saya (anak bungsu)! Tapi karena hat-hak istimewa di atas tadi tercatat dalam Alkitab yang adalah Firman Allah, maka ‘Hak Kesulungan’ ini menjadi teramat penting bahkan bersifat kekal untuk Anda dan saya…………………………


Esau bertumbuh dalam sifat pemanjaan diri dan memusatkan segenap perhatiannya di dalam perkara-perkara masa kini. Tidak tahan dengan hal-hal yang mengekang hidupnya. Ia menyukai satu kebebasan yang buas. Dan sejak kecilnya ia telah memilih satu kehidupan sebagai seorang pemburu. Esau sama dengan Yakub telah mendapatkan penjelasan yang sama tentang betapa pentingnya hak kesulungan. Tetapi Esau tidak suka kepada hidup pengabdian, dan tidak mempunyai kecenderungan kepada hidup ke-agama-an. Tuntutan-tuntutan yang menyertai hak kesulungan dalam perkara rohani baginya merupakan satu kekangan yang tidak di-ingini bahkan dibencinya. Hukum Allah, yang merupakan syarat perjanjian Ilahi dengan Abraham, dianggap oleh Esau sebagai satu beban perhambaan. Dengan sifat-sifat pemanjaan diri, ia tidak menghendaki sesuatu selain daripada kebebasan untuk menurut kemauan hatinya. Baginya kekuasaan dan kepelesiran dan pesta pora adalah kebahagiaan. Ia bermegah-megah dalam kebebasan yang tiada batasnya dalam kehidupan yang buas itu. Namun demikian ia adalah anak kesayangan bapanya.

Yakub seorang yang penuh dengan:

>Pemikiran, rajin dan bertanggung jawab.
>Lebih banyak memikirkan tentang masa depan lebih dari pada sekarang ini.
>Merasa puas untuk tinggal di rumah.
>Sibuk memelihara kawanan domba serta bercocok tanam.
>Sifatnya yang tabah dan hemat.
>Pandangan jauh ke depan.
>Kasihnya dalam serta teguh.
>Perhatiannya terus-menerus, konsisten dan lemah lembut.

Dengan kerinduan yang tersembunyi Yakub mendengarkan semua yang diceritakan bapanya tentang hak kesulungan rohani. Dengan saksama Yakub menyimpan dalam hatinya apa yang ia pelajari dari ibunya. Siang dan malam perkara ini memenuhi pikirannya, sehingga itu menjadi satu perhatian yang mengasyikkan dalam hidupnya. Yakub kemudian mengerti dan memahami bahwa Allah Bapa sangat perduli akan ‘hak kesulungan’ yaitu pusaka perjanjian Ilahi, yang Allah telah berikan kepada manusia, baik yang lahiriah maupun yang rohaniah; perorangan maupun suatu bangsa. Karena Allah Bapa sangat ingin mencurahkan segala berkat yang baik dan sempurna kepada ‘anak sulung’-Nya. Yakub-pun mulai mengerti dan percaya bahwa janji tentang dirinya tidak dapat diwujudkan selama esau memegang hak sulung. Yakub terus belajar untuk mencari jalan oleh mana ia akan dapat memperoleh berkat yang dianggap remeh saudaranya tetapi amat berharga bagi dirinya.
Yakub telah belajar dari ibunya tentang pernyataan Ilahi bahwa hak kesulungan itu akan jatuh kepadanya. Dan ia dipenuhi oleh kerinduan yang tidak terkatakan untuk memperoleh hak kesulungan. Bukanlah hak untuk memiliki kekayaan bapanya yang ia inginkan, namun hak kesulungan dalam perkara-perkara rohanilah yang ia idam-idamkan. Untuk berhubungan dengan Allah sebagaimana yang telah dilakukan oleh Abraham. Untuk mempersembahkan korban penebusan bagi keluarganya, untuk menjadi leluhur dari umat pilihan utamanya Mesias yang dijanjikan itu. Untuk mewarisi harta baka yang tercakup dalam berkat-berkat perjanjian itu, inilah kesempatan-kesempatan dan kehormatan yang telah membangkitkan kerinduannya yang dalam. Pikirannya selalu tertuju kepada perkara-perkara yang akan datang dan berusaha memahami akan berkat-berkatnya yang tidak kelihatan.

Janji Allah yang diberikan kepada Abraham dan diteguhkan kepada anaknya, dipegang oleh Ishak dan Ribka sebagaqi tujuan yang besar kerinduan serta harapannya. Esau dan Yakub mengetahui janji-janji itu. Mereka telah diajar untuk menghargai hak sulung sebagai satu perkara yang amat penting. Karena hal itu mencakup bukan hanya warisan harta duniawi tetapi juga keutamaan dalam hal rohani. Ia yang menerima harus menjadi iman dari pada keluarganya. Dan dari keturunanya, penebus dunia akan datang. Dengan kata lain ada kewajiban kewajiban yang tertanggung atas pemilik hak kesulungan itu. Ia yang akan mewarisi berkat-berkatnya harus mengabdikan hidupnya kepada pelayanan akan Allah. Seperti Abraham ia harus taat kepada tuntutan-tuntutan Ilahi. Didalam pernikahan, didalam hubungan keluarga, didalam kehidupan masyarakat ia harus selalu menanyakan kehendak Allah.

Ribka mengingat akan kata-kata malaikat, dan ia dapat membaca dengan pandangan yang lebih jelas dari pada suaminya akan tabiat-tabiat anak-anak mereka. Komentar

……………………...........Ibu memang selalu lebih peka terhadap anaknya daripada seorang Bapa..............................

Ia merasa bahwa pusaka perjanjian ilahi itu dimaksudkan bagi yakub. Ia mengulangi kepada ishak kata-kata malaikat itu. Namun kasih bapa itu terpusat kepada diri anak sulung dan ia tidak tergoyahkan dalam maksudnya.

Pada waktu Esau, pulang kerumah pada suatu hari dalam keadaan letih lesu setelah berburu, Esau meminta makanan yang sedang di sediakan Yakub. Maka Yakub yang dipenuhi oleh suatu idam-idaman, menggunakan kesempatan ini. Yakub menawarkan makanan yang lezat untuk memuaskan rasa lapar saudaranya asalkan hak kesulungan itu diserahkan kepadanya.
“sebentar lagi aku akan mati,” seru pemburu yang ceroboh dan suka memanjakan diri itu, “apakah gunanya bagiku hak kesulungan itu” tambahnya. Dan untuk semangkuk kacang merah ia lepaskan hak kesulungannya. Esau meneguhkan perjanjiannya dengan satu sumpah. Padahal dalam waktu singkat saja ia akan memperolah makanan ditenda bapanya. Segenap perhatiannya hanya terpusat pada masa sekarang.

Kitapun seringkali Akhirnya bersedai mengorbankan perkara-perkara surga untuk memperolah perkara duniawi. Kita sering menukar masa depan yang gemilang dengan satu pemuasan diri yang hanya sementara saja. Kita memandang ringan hak kesulungan itu. Kita merasa teramat berat hidup dalam kekangan, aturan, dan hokum Tuhan. Setelah kita menjual hak kesulungan kita, semua kita disini yang telah menjadi anak sulung Allah, kita mengira sekarang jalan kita tidak terhalang lagi. Kita mengira, kita dapat berbuat sesuka hati.

Betapa banyak orang sekarang ini, sedang menjual hak kesulungan mereka yang dapat memberikan satu pusaka yang suci dan tidak bernoda yang sifatnya kekal di dalam surga.//

hati-hati saudara, karena Yakobus, saudara Yesus dalam suratnya mengingatkan kita bahwa kita sangat berharga dimata Tuhan.
Mari kit abaca bersama sama Yakobus 1:16-18. “Saudara-saudara yang kukasihi, janganlah sesat! Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran. Atas kehendak-Nya sendiri Ia telah menjadikan (melahirkan –red) kita oleh firman kebenaran, supaya kita pada tingkat yang tertentu menjadi anak sulung di antara semua ciptaan-Nya.”

Tahun demi tahun, Ishak telah menjadi tua dan buta. Ia merasa sebentar lagi akan mati. Ia memutuskan bahwa ia tidak akan menunda lebih lama lagi untuk memberikan berkat-berkat kesulungan itu kepada diri anak sulung yang di kasihinya. Tetapi menyadari adanya tantangan dari Ribka dan Yakub sesuai dengan pernyataan malaikat akan anak bungsunya, Ishak berniat untuk mengadakan upacara yang khidmat itu secara diam-diam. Sesuai dengan adat kebiasaan untuk mengadakan pesta sehubungan dengan peristiwa seperti itu, Ishak telah menyuruh Esau:”Pergilah ke padang dan burulah bagiku seekor binatang; olehlah bagiku makanan yang enak, seperti yang kugemari......agar aku memberkati engkau, sebelum aku mati.”

Ribka mengetahui niatnya itu. Ribka terkejut karena Ia percaya bahwa hal ini bertentangan dengan apa yang dinyatakan Allah sebagai kehendak-Nya. Ribka sadar bahwa Ishak berada dalam bahaya untuk mendatangkan murka Allah karena menyisihkan anak bungsunya dari kedudukan yang telah ditetapkan Allah Yakub. Ribka menggunakan akal pikirannya tanpa bertanya kepada Alah melalui doa. Diapun bertekad untuk menggunakan tipu muslihat.

Ribka dan Yakub berhasil dalam maksud mereka. Mereka berhasil memperoleh hak kesulungan bagi Yakub. Tetapi apa yang terjadi kemudian. Mereka hanya memperoleh penderitaan dan kesusahaan oleh tipu muslihat mereka. Mereka merasa bahwa dosa yang besar seperti akan mendatangkan satu kutuk gantinya berkat.

Allah telah menyatakan bahwa Yakub harus menerima hak kesulungan itu. Dan firman-Nya itu akan diwujudkan di dalam waktu-Nya sendiri. Apa yang terjadi kalau saja mereka menunggu di dalam iman dan membiarkan Allah yang mengerjakan bagi mereka?

Gambaran ini sama dengan kebanyakan orang seperti sekarang ini. Kita mengaku sebagai anak-anak Allah. Tetapi kita enggan menyerahkan segala persoalan hidup kita kedalam tangan-Nya.

Dengan rasa getir Ribka menyesali nasihatnya yang salah. Ia harus berpisah dengan anak yang dikasihinya Yakub. Dan sejak itu ia tidak pernah melihat wajahnya lagi. Akan halnya Yakub, Yakub merasa terhukum oleh dirinya sendiri. Ia telah berdosa terhadap bapanya, saudaranya dan jiwanya sendiri terhadap Allah.

Pertanyaannya coba siapa yang bisa menjawab Secara Alkitabiah saya akan kasih hadiah………….

Apa yang terjadi kalau saja mereka menunggu di dalam iman dan membiarkan Allah yang mengerjakan bagi mereka?

………………….....................................Jawab: Manasye - hak kesulungan dialihkan ke Efraim, adiknya. (Kej. 48:8-20) Yakub yang sudah sangat tua, saat memberkati ke dua cucunya (Manasye – Sulung dan Efraim – bungsu, anak-anak Yusuf, Kejadian 41:45, 50-52) dengan berketetapan menyilangkan tangannya di atas kepala mereka, sehingga tangan kanan Yakub di atas kepala Efraim dan menetapkan Efraim, anak bungsu dari Yusuf ini menjadi yang ’sulung’, sedangkan Manasye menjadi yang ke dua. Mengapa demikian? Segala sesuatu tidak bisa keluar dari kehendak Allah..................................................
Tiba-tiba Ishak mendengar suara: “Bangunlah dan makan daging buruan masakan anakmu, agar engkau memberkati aku.”
Gemetar oleh karena rasa heran dan susah hati, bapa yang tua dan buta itu menyadari bahwa ia telah tertipu. Ia mengingat kata-kata malaikat kepada Ribka, dan sekalipun adanya dosa untuk mana Yakub sekarang ini bersalah, Ishak melihat bahwa Yakub adalah seorang yang paling cocok untuk melaksanakan maksud-maksud Allah. Ia berkata dalam hatinya : “Aku telah memberkati Yakub; dan dia akan tetap orang yang diberkati.”
Melihat sikap bapanya, Esau menyadari telah menganggap remeh berkat itu selagi masih ada dalam jangkauannya. Segala kekuatan dari sifat alamiahnya yang penuh emosi dan nafsu, sekarang bangkit, kemarahannya hebat sekali. Dengan tangisan yang memilukan ia berkata, “Berkatilah aku ini juga, ya bapa!” “Apakah bapa tidak mempunyai berkat lain bagiku?”

Saudara, penyesalan seringkali terlambat datangnya. Pemuasan selera seringkali tidak dapat dikendalikan. Kita sering menjual pusaka yang paling berharga untuk masa depan kita seperti yang dulakukan Esau. Pada waktu kita menyadari kebodohan kita, semuanya sudah terlambat.
Kita harus hati-hati, karena bisa saja kita tidak mempunyai kesempatan untuk memperbaiki kesalahan sekalipun kita mencarinya dengan mencucurkan airmata. Mari kita baca bersama-sama Ibrani 12:17.

Pelajaran buat kita malam ini,
Esau mewakili orang-orang yang:
 Meremehkan nilai tebusan yang diadakan oleh Kristus bagi kita semua.
 Megorbankan hak sebagai pewaris surga hanya untuk memperoleh perkara-perkara duniawi yang akan binasa.
 Tidak memperdulikan masa depan.
 Dikendalikan oleh nafsu.
Dalam 1 Korintus 15:32 satu introspeksi bagi kita semua karena tidak perlu kita mengatakan: “Marilah kita makan dan minum, karena besok kita mati.”
Mengapa ? karena jangan sampai pada hari Tuhan, kita semua terlambat dan kita kehilangan hak kesulungan sebagai pewaris surga.

Allah ingin kita gereja Tuhan secara khusus memperhatikan ‘hak kesulungan’ yang telah Allah berikan; jangan sampai ‘hilang/terlepas’ hanya karena ketidak-mengertian makna penting dan kekal yang terkandung di dalamnya.

Tuhan memberkati kita semua...........amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar